Mengumpulkan Semangat Untuk Mencari Ilmu

Bagi para pencinta ilmu, tidak ada kegembiraan dan semangat yang melebihi dari kegembiraan dan semangat dalam mendapatkan ilmu. Mengetahui perkara yang yang belum di ketahui melahirkan kenikmatam di atas semua kenikmatan.

Seorang ulama dari mazhab hanafi yang bernama Muhammad Bin Mahmud Al-Nasafi . panggilan beliau adalah Abu Ja’far. Beliau adalah seorang pakar Fiqh dan produktif dalam banyak menulis buku. Namun beliau adalah seorang yang miskin, saking miskinnya keperluan pokokpun kadang susah di dapatkan. Pada suatu hari ia mengahadapi kesulitan hidup yang sangat-sangat berat, kemudian berkenaan dengan hal tersebut terlintas dalam benaknya suatu permasalahan Fiqh yang ia belum pecahkan jalan keluarnya. Suatu permasalahan yang sangat sulit untuk mendapatkan jawabannya. Ia belum bisa menjawabnya dari sejak lama.

Namun dengan idzin Allah, ia mengilhamkan kepadanya dan dipermudah untuk menjawabnya. Abu Ja’far sangat kegirangan dan sangat senang. Melupakan kesusahan hidupnya padahal ia tidak memiliki apapun dari bahan pokok. Saking senangnya ia bahkan menari-nari. Kenikmatan yang ia rasakan melebihi dari kenikmatan orang-rang kaya.

Diantara ucapan beliau adalah, “ Raja-raja itu tidak pernah merasakan suatu kenikmatan seperti yang aku rasakan !!” Istrinya keheranan melihat tingkat suaminya. (taj Tarajum fi Thabaqat Al-Hanafiyyah)

Sesulit apapun keadaan, namun dengan kecintaan terhadap sesuatu ia anggap bukan suatu masalah. Bahkan ia boleh lupa dengan permasalahan yang tengah ia hadapai. Kita akan menghabiskan waktu dengan sesuatu yang sedang kita gemari.

Seseorang yang mencintai pertandingan sepak bola, ia akan sanggaup bangun di malam hari mengalahkan rasa ngantuknya dan lelahnya setelah bekerja. Namun perkara ini hanya akan melahirkan kesenangan sementara saja.

Kecintaan terhadap belajar dan pengagungan dalam hatinya adalah tanda awal kesuksesan.

Berkata Ibnul Qayyim dalam Al-Fawaaid, “ tatkala tekad itu sudah muncul, layaknya bintang yang bersinar di malam hari. Di ikuti pula dengan kemauan kuat layaknya bulan yang mengiringi bintang. Maka hati pun akan tersinari oleh denang sinar Rabb-Nya, layaknya bulan yang menajdi terang dengan cahaya bintang dan bulan”

Dianatara yang menguatkan tekad adalah banyak mengambil faidah dari kisah-kisah para ulama terdahulu, serta mengenal kuatnya tekada mereka.

Dahulu Abu Abdillah Ahmad Bin Hanbal, tatkala masih belia, terkadang beliau ingin berangkat belajar ke majlis ilmu bahkan sebelum terbit faja. Maka karena rasa sayang, ibunyapun menahanny, menarik bajunya seraya berkata , “tunggulah nak sampai adzzan fajar di kumandangkan atau sudah tiba waktu subuh.

Atau kisah Al-Khatib Al-Bagdadi yang menghatamkan shahih bukhari dalam tiga majlis saja kepada gurunya Al-Imam Ismail Al-Hirri.

Kenikmatan terhadap ilmu ialah kelezatan tertinggi, saat terindah baginya adalah kesendirian dalam kesunyian dengan timbunan-timbunan kitab yang tidak ada yang mengganggunya. Jiwanya yang di dahagakan oleh ilmu lebih penting dari pada dahaga tubuhnya oleh minuman.

Imam Musa Bin Muhammad Al-Andalusiy, ia senantiasa bersama kitab bahkan pada hari raya sekalipun. Anaknya bertanya, “pada Hari Rayapun ayah tidak istirahat dari membaca buku ?”” beliau menjawab, “adakah suatu yang melebihi kenikmatan dari menuntut ilmu wahai ananda ????

Imam Syafi’i pernah ditanya tentang kecintaannnya kepada ilmu, beliau menjawab,

“apabila telingaku mendengar suatu tentang ilmu, aku berharap seluruh tubuhku seperti telinga, agar dapat merasakan kenikmatan seperti yang dirasakan oleh telinga.

Seperti pepatah Arab, “Siapa yang mencintai Sesuatu, ia akan selalu menyebut-nyebutnya, “

Demikianlah gambaran kenikmatan yang hakiki dalam menuntut ilmu. Selama kita belum merasakan kelezetannya maka ia belum di sebut sebagai pecinta ilmu.

Selamat mencoba menuntut ilmu.

Wallahu A’lam. Baarakallahu fikum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *