MAKNA TAQWA

Kata takwa (تقوى) berasal dari kata (وقوى) dari kata (الوقاية) huruf wawu pada Waqwa di ganti menjadi ta (ت) sehingga menjadi taqwa. (lihat lisanul arab XV/403)

Kata takwa mengandung makna menolak sesuatu dengan selainnya, sedangkan wiqoyah mengandung makna menjaga sesuatu. Jadi ketika kita dapati hadits (ittaqillaha) bermakna jadikanlah antara kamu dengaNya sesuatu bagaikan penjaga (yang menjaga agar menjaga aturanNya).

Makna lainnya adalah seorang hamba menjadikan sesuatu sebagai pelindung antara dia dengan sesuatu yang di takutinya.

Ketakwaan hamba kepada Rabbnya bermakna dia menjadikan sebuah perlindungan antara dia dan sesuatu yang dia takuti dari Allah dari murkaNya, kebencian, dan adzabNya. Dengan mentaati perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

Ini sesuai dengan perkataan di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan : “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”

Sedangkan Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan laranganNya”. Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani “ Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menta’atiNya. Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”.

Ketakwaan adalah rasa takut yang terus menerus dan kehati-hatian seperti yang di ibaratkan oleh Umar bin Khatab kepada Ubay bin Ka’ab seperti berjalan melintasi jalan yang berduri, maka pasti ia berhati-hati. Kehati-hatian agar tidak melanggar dan terperosok dari syubhat dan syahwat, dan dari kesyirikan.

Ketakwaan adalah berusaha meninggalkan dosa kecil dan besar. Janganlah meremehkan dosa kecil karena gunung yang menjulang tinggi himpunan kerikil-kerikil kecil. Jangan lihat kecilnya dosa namun lihat siapa yang ia maksiati.

Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa. Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Allah, atau berjalan ke tempat yang dikutuk Allah, berarti ia tidak menjaga dirinya dari dosa.

Orang yang menceburkan diri kedalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah, maka ia telah mengelurakan dirinya dari barisan orang-orang yang bertaqwa.

Beberapa nash yang menunjukkan tentang keutamaan  taqwa, di antaranya.

1. Firman Allah

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ﴿٢﴾وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” [At-Thalaq/65 : 2-3]

Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan bahwa orang yang merelaisasikan taqwa akan dibalas Allah dengan dua hal.

Pertama : “Allah akan mengadakan jalan keluar baginya” Artinya, Allah akan menyelamatkannya –sebagaimana di katakana Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma- dari setiap kesusahan dunia maupun akhirat.

Kedua : “Allah akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. Artinya, Allah akan memberi rizki yang tak pernah ia harapkan dan angankan.

Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan :”Maknanya, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkanNya dan meninggalkan apa yang dilarangNya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar serta rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya”

pemberian jalan keluar adalah.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya”

Ayat Lainnya Adalah Firman Allah Ta’ala:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri” [Al-A’raf/7 : 96]

Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan, seandainya penduduk negeri-negeri merealisasikan dua hal, yakni ; iman dan taqwa, niscaya Allah akan melapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan memudahkan mereka mendapatkannya dari segala arah.

Allah Ta’ala berfirman

لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan : “Niscaya Kami lapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan Kami mudahkan bagi mereka untuk mendapatkannya dari segala arah”

Janji Allah yang terdapat dalam ayat yang mulia tersebut terhadap orang-orang beriman dan bertaqwa mengandung beberapa hal, di antaranya :

a. Janji Allah untuk membuka “ بَرَكَاتٍ ” (keberkahan) bagi mereka. “ البرََكَاتٍ ” adalah bentuk jama’ dari “al-barakat”. Imam Al-Baghawi berkata, “Ia berarti mengerjakan sesuatu secara terus menerus.

Jadi, yang dapat disimpulkan dari makna kalimat “al-barakat” adalah bahwa apa yang diberikan Allah disebabkan oleh keimanan dan ketaqwaan mereka adalah kebaikan yang terus menerus, tidak ada keburukan atau konsekuensi apapun atas mereka sesudahnya.

Tentang hal ini, Sayid Muhammad Rasyid Ridha berkata : “Adapun orang-orang yang beriman maka apa yang dibukakan untuk mereka adalah berupa berkah dan kenikmatan. Dan untuk hal itu, mereka senantiasa bersyukur kepada Allah, ridha terhadapNya dan mengharapkan karuaniaNya. Lalu mereka menggunakannya di jalan kebaikan, bukan jalan keburukan, untuk perbaikan bukan untuk merusak. Sehingga balasan bagi mereka dari Allah adalah ditambahnya berbagai kenikmatan di dunia dan pahala yang baik di akhirat”.

b. Kata berkah disebutkan dalam bentuk jama’ sebagaimana firman Allah.

c. Allah Berfirman.

بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Berbagai keberkahan dari langit dan bumi”.

Menurut Imam Ar-Razi, maksudnya adalah keberkahan langit dengan turunnya hujan, keberkahan bumi dengan tumbuhnya berbagai tanaman dan buah-buahan, banyaknya hewan ternak dan gembalaan serta diperolehnya keamanan dan keselamatan. Hal ini karena langit adalah laksana ayah, dan bumi laksana ibu. Dari keduanya diperoleh semua bentuk manfaat dan kebaikan berdasarkan penciptaan dan pengurusan Allah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *