Keutamaan menghafal Al-Qur’an

Diantara nikmat yang paling besar adalah nikmat Iman dan Islam. Juga diantara kenikmatan yaitu istiqamah dalam ketaatan, juga di beri akal yang baik dan ingatan yang kuat sehingga mampu untuk menghafal Al-Qur’an atau sebagian surat darinya. Dalil telah banyak kita saksikan puluhan ribu huffaz penghafal Al-Qur’an di muka bumi ini. Karena diantara penjagaan Allah dengan dua cara yaitu dengan kitaban (mushaf) dan mantuqon (huffaz).
Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
عن عبد الله بن عمرو، قال : قال رسول الله ﷺ : يقال لصاحب القرآن : اقرأ، وارتق، ورتل كما كنت ترتِّل في الدنيا، فإن منزلتك عند آخر آية تقرؤها
“Dikatakan kepada shahibul Qur’an, bacalah, dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engakau membacanya di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu di syurga pada ayat terkahir yang kamu baca di dunia”. (HR. Tirmizi dan Abu Daud)
Penghafal Al Qur’an akan di sejajarkan dengan para malaikat yang mulia. Batapa tinggi kedudukan para huffaz Al-Qur’an:
عن عائشة -رضي الله عنها- قالتْ: قالَ رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: الذي يقرَأُ القرآنَ وهو مَاهِرٌ به مع السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، والذي يقرَأُ القرآنَ ويَتَتَعْتَعُ فيه وهو عليه شَاقٌ لَهُ أجْرَانِ
“perumpamaan yang membaca Al-Qur’an dan mahir dalam membacanya maka ia akan bersama para malaikat yang mulia, sedangkan yang terbata-bata juga ia merasakan kesusahan, baginya
dua pahala”. (HR muslim adapun dalam riwayat bukhari mahir di ganti dengan hafis
(menghafal)).
Bahkan Allah menjadikan kelurga bagi merka yang menghafal Al-Qur’an, sebagaimana yang diriwayatkan Anas bin malik :
إنَّ للَّهِ أَهْلينَ منَ النَّاسِ قالوا: يا رسولَ اللَّهِ ، من هُم ؟ قالَ: هم أَهْلُ القرآنِ ، أَهْلُ اللَّهِ وخاصَّتُهُ
“sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari kalangan manusia” para sahabat bertanya: siapa mereka ya Rasulullah Shalallahu shalallahu alaihi wasalam? Mereka adalah ahlul Qur’an, Ahlullah dan yang di istimewakannya”. (HR Ibn Majjah)
Seseorang yang akan mendapatkan warisan Allah adalah mereka yang berusaha senantiasa dengan Al-Qur’an, menghafalnya, membacanya, dan mentadaburinya. Sebagaimana ibn jazari berkata dalam mandzumahnya:
وَإنَّهُمْ فِي النَّاسِ أَهْلُ اللهِ … وَإنَّ َربَّنا بِهِمْ يُبَاهِي
َوقَالَ فِي الْقُرآنِ عَنْهُمْ وَكَفَى … ِبأنَّهُ أْوَرثَهُ مَنِ اصْطَفىَ
“sesungguhnya dari kalangan manusia ada yang menjadi keluarga Allah, sesungguhnya Allah Rubbuna sangat berbangga, dan Allah berfirman dalam Al-Quran tentang mereka (ahlul Qur’an) dan merasa cukup. Allah akan mewariskan kepada siapa saja yang ia pilih”
Dari dalil-dalil tersebut telah jelas akan kemulian dan pahala yang besar bagi siapapun yang menghafal Al-Qur’an sehingga ia akan mendapatkan minnah minallah (karunia dan kemulian) yang banyak dari sisi-Nya. Karunia ini mencakup dunia dan akhirat.