MAKNA AL QUR’AN

Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling sempurna, diturunkan kepada Nabi dan Rasulnya yang paling mulia, sebagai petunjuk sekalian alam. Mengimani Al-Qur’an merupakan bagian iman kepada kitab-kitabnya dan salah satu rukun iman.
Secara bahasa Al-Qur’an merupakan bentuk mashdar dari kata qara’a (قَرَأَ) yang memiliki makna al-jam’u (الجمع) yang berarti mengumpulkan dan menghimpun. Al-Qur’an maknanya mengumpulkan karena menghimpun 3 pokok bahasan yaitu tauhid, hukum dan kisah-kisah (akhbar). Di dalam Al-Qur’an kita dapati satu surat yang isinya seluruhnya adalah kisah misalnya surat yusuf atau isinya hanya membahas tauhid seperti dalam surat Al-Ikhlas; Di antaranya sebagaimana Nabi Shalallahu alaihi wasalam bersabda:
والذي نفسي بيده إنها لتعدلُ ثلُثَ ألقرآ
“Demi jiwaku yang berada di tangannya sesungguhnya surat Al-Ikhlas itu setara dengan sepertiga Al-Qur’an”.
Surat Al-Ikhlas setara dengan sepertiga Al-Qur’an karena di dalam surat ini hanya mencakup tauhid saja.
Adapun secara istilah menurut Syaikh Dr. Aiman Rusydi As-Suwaid:
هُوَ كَلاَمُ اللهِ تَعَالَى المُعْجِزُ
المُنَزَّلُ عَلَى قَلْبِ نَبِيِّنَا محمد صَلَّى الله عليْهِ وَ سَلَّمَ
المُتَعَبَّدُ بِتِلاَوَتِهِ
المَكْتُوْبُ بَيْنَ الدَفَّتَيْنِ
المَنْقُوْلُ إِلَيْنَا بِالتَوَاتَرِ
المُتَحَدَى بِأَقْصَرِ سُوْرَةٍ مِنْه
Firman Allah yang mengandung mu’jizat, diturunkan ke dalam dada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam, membacanya sebuah ibadah, yang tertulis di antara dua sampul, manqul (sampai kepada kita) dengan mutawatir, yang di dalam Al-Qur’an terdapat tantangan bagi orang kafir untuk mendatangkan surat yang semisalnya.
Kalamullah adalah sifat Allah dan sifat bukan makhluk maka Al-Qur’an bukan makhluk seperti yang diyakini oleh mu’tazilah. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman di dalam Al Qur’an surat Attaubah ayat 6:
وَإِنۡ أَحَدٞ مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٱسۡتَجَارَكَ فَأَجِرۡهُ حَتَّىٰ يَسۡمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ أَبۡلِغۡهُ مَأۡمَنَهُۥۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمٞ لَّا يَعۡلَمُونَ
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”.
Berkata Abu Usman Ash-Shabuni: “Ahlus sunnah bersaksi dan berkeyaninan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, kitabnya, wahyunya, yang Allah turunkan. Al-Qur’an bukan makhluk, barang siapa yang berpendapat bahwa Al qur’an makhluk maka dia kafir. Al-Qur’an adalah firman Allah yang hakiki mencakup makna dan lafaznya.
- المعجز: maksudnya Allah menjadikan Al-Qur’an ini sebagai mu’jizat yang menguatkan kebenaran Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam sebagai utusan Allah. Al-Ajz berarti lemah yang memuat arti bahwa Al-Qur’an berarti melemahkan karena ketika ia turun, bangsa Arab telah terkenal dengan kesastraannya dan kefasihan mereka dalam menjelaskan sesuatu. Bahkan mereka memiliki kebiasaan melombakan syi’r yang digantung di pintu Ka’bah yang berterbaik.
المنزل على قلب نبينا محمد صلى الله عليه و سلم : Pada umur 5 tahun telah terjadi syaqqus shadr (pembedahan dada) menyiapkan wadah dari semua kotorannya oleh malaikat Jibril dan mencucinya dengan air zamzam dalam rangka menyiapkan tempat bertahtanya Al-Qur’an di dalam hati Nabi kita Shalallahu alaihi wa salam.
Allah Ta’ala berfirman:
نزل به الروح الأمين» على قلبك لتكون من المنذرين
“Al-Qur’an turun bersama malaikat Jibril kedalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang yang memberi peringatan”. (As-Syuara:193)
Maka Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah dan disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi muhammad Shalallahu alaihi wa salam. Disebut Al-kitab karena mesti memiliki cover. Adapun sesuatu yang tidak memiliki cover disebut shahifah atau shuhuf.
Mutawatir adalah sebuah penukilan suatu kabar dengan jumlah yang menyampaikannya banyak orang, setiap generasi ke generasinya banyak yang menyampaikan (minimal 10 orang dalam ilmu hadit) maka secara akal tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta. Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab yang paling sempurna sehingga manusia tidak akan mampu mendatangkan yang semisal dengan dengan Al-Qur’an, bahkan tidak mampu mendatangkan surat sekalipun dengan surat yang paling pendek sekalipun.
قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٖظَهِيرٗا
“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (Al-Israa: 88).
Di antara sifat Al-Qur’an:
- Syifa: obat
- An nur: cahaya (kita bisa melihat bukan karena mata saja tapi adanya cahaya. Ketika mata bisa melihat namun gelap tidak bisa melihat) demikian perumpamaan Al-Qur’an sebagai penerangnya akal perlu bimbingan Al-Qur’an agar selamat.
- Mubarak: penuh dengan kebaikan
- Ruuh: menghidupkan hati yang mati