Kaidah Dalam Membaca Huruf Yang Berharokat

- Kaidah dalam membaca huruf yang berharokat;
الاصْلُ فِيْ الحَرَكَاتِ اتْمَامُهَا وَإِكْمَالُ موازِنِهَا وَ حِفْظُهَا مِنْ التَرْقِيْقِ وَ التَّفْخِيْمِ
Hukum asal pada lafadz yang dibaca adalah sempurna pengucapan harokatnya, seimbang timbangan dan menjaga tebal tipisnya huruf. Fathah yaitu membuka kedua bibir memanjang sehingga menghasilkan suara “A”. Kasroh merupakan menurunkan rahang sehingga menghasilkan suara harokat “I”. Dommah adalah memonyongkan kedua bibir sehingga menghasilkan suara “U” senada dengan yang diucapkan oleh Imam Athibiy:
Imam At-Thibiy mengatakan :
–وَكُـلُّ مَضْمُـومٍ فَلَـنْ يَتِـمَّا * إِلَّا بِـضَـمِّ الشَّفَتَـيْنِ ضَـمَّـا
–وَذُو انْخِفَاضٍ بِانْخِفَاضٍ لِلْفَـمِ * يَتِـمُّ وَالْمَفْتُوحُ بِالْفَتْـحِ افْهَـمِ
“Setiap huruf yang didhamahkan maka tidak akan sempurna kecuali dengan memonyongkan kedua bibir, dan setiap huruf yang kasroh/inkhifadh dengan merendahkan rahang mulut maka ia akan sempurna, adapun huruf yang berharokat fathah dengan cara membuka mulut senantiasalah di fahami.”
Maksud dari mizan adalah kadar pengucapan huruf atau ketepatan waktu pelafalanya. atau sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh As-Sakhawi;
لِلْحَرْفِ مِيْزَانِ فَلَا تَكُ طَاغِيَا فِيْهِ وَلَا تَكُ مُخْسِرُ المِيْزَانِ
“Setiap huruf yang dilafalkan memeiliki mizan maka jangan berlebihan, dan jangan pula mengurangi kadar timbangannya.”
6. Imam Ibnul Jazari berkata:
فَرَقِقَنْ مُسْتَفِلًا مِنْ أَحْرُفِ وَحَاذِرَنْ تَفْخِيْمَ
Tipiskanlah huruf-huruf istifal dan berhati hatilah jangan sampai menebalkannya
(ء, ل, م , ب, ح, س).))
Istifal : menghamparkan suara ke dasar mulut ketika melafalkan huruf-huruf tersebut.
Tafkhim : gemuknya suara dan bergema dan kebalikannya adalah tarqiq.
Atau sebagaimana yang dikatakan imam at thibi agar senantiasa melafalkan harokat dengan sempurna;”
إِذْ هُوَ تَغْيِيْرُ لِذَاتِ الحَرْفِوَ اللَحْنُ تَغْيِيْرُ لَهُ بِالْوَصْفِ
“Karena ia adalah perubahan di huruf itu sendiri. Sedangkan lahn adalah perubahan di sifathurufnya”
- Huruf tipis
عِبَارَةٌ عَنْ نُحُوْلِ الحَرْفِ وَ عَدَمِ امْتِلَاءِ الفَمِّ بِصَدَاهُ
Suatu ungkapan tentang kurusnya huruf yang di lafalkan dan tidak bergema.
Cara membaca huruf tipis dengan infitah (membuka mulut) dan istifal sebagaimana imam al jazari mengatakan dalam manzumahnya;
وَخَلِّصْ انْفِتَاحَ مَحْذُوْرًا عَسَى خَوْفَ اشْتِبَاهِهِ بِمَحْظُوْرًا عَصَى
Dan bersihkanlah sifat infitah pada kata ‘mahdzuron ‘asaa, dikhawatirkan menyerupai “mahzuron ‘ashoo” (di baca tebal).
- Huruf tebal
عِبَارَةٌ عَنْ سِمَنِ الحَرْفِ وَ امْتِلَاءِ الفَمِّ بِصَدَاهُ
Suatu ungkapan tentang gemuknya huruf dan bergema.
Berkata imam Al-Jazary:
وَ حَرْفُ الإسْتِعْلَاءِ فَخِّمْ وَاخْصُصَا
لاطْبَاقِ أَقْوَى نَحْوُ قَالَ وَ عَصَا
Dan tebalkanlah huruf isti’la seperti membaca “qoola” dan “ashoo” dan khususkanlah untuk huruf yang bersifat itbaq (menempelnya lidah dengan langit-langit (انحصار بالصوت); hurufnya صضطظ karena ia lebih kuat sifatnya dari huruf isti’la lainnya sekalipun ketika berharokat kasroh.
Adapaun cara membaca huruf huruf tebal dengan mengangkat pangkal lidah (isti’la) dan mengumpulkan lidah di langit langit (itbaq). Sehingga masyhur di kalangan ahli Al-Qur’an sebuah kaidah;
كُلُّ مُسْتَعْلَاءِ مُفَخّمَةٌ
Hukum membaca huruf yang bersifat isti’la dengan menebalkannya.
Dan berhati-hatilah ketika membaca huruf berharokat jangan sampai mengurangi, menambah atau merubahnya. Sesuai dengan perkataan Imam Ath-Thibiy:
وَ عِنْدَ نُطْقِ الحَرَكَاتِ فَاحْذَرَا نَقْصًا أَوْ اِشْبَاعًا أَوْ أَنْ تُغَيِّرَا
“Dan ketika melafalkan huruf yang berharokat maka berhati-hatilah, jangan sampai mengurangi, menambah, atau bahkan merubahnya.”
Di antara kesalahan umum saat membaca Al-Qur’an khusunya harokat fathah yaitu banyaknya yang mengangkatnya ke langit-langit mulut (isti’la) atau dibaca tebal, padalah fathah yang dilafalkan oleh orang arab adalah fathah tahqiq atau tawasut (pertengahan/tipis dan jelas) yaitu mendorong suara keluar dan membuka mulutnya memanjang.
Sebagai contoh ketika membaca kataba, ritme pelafalan mesti sama yaitu ka ta ba. Lamanya/panjang huruf sama dengan lamanya dan panjang huruf. Kedua bibir haruslah terbuka dengan sempurna kemudian perhatikan wazan huruf dan senantiasa jaga tebal tipisnya. Sempurnakan sifat-sifat infitah dari sifat-sifat istila terutama dalam keadaan dhammah. Perhatikan huruf khususnya ha karena ia sering dibaca tidak jelas padahal harus dibaca jelas (tahqiq).