KESALAHAN UMUM DALAM MEMBACA AL QUR’AN

Membaca Al qur’an dengan bertajwid merupakan bacaan yang ringan, nikmat dan lembut. Bacaannya tidak sedang berkomat kamit, tidak berat dan kasar, dan tidak berlebihan yang keluar dari tabiat orang arab dan pelafalan yang fasih dari segi apapun dalam cara membacanya.
Ada beberapa kesalahan-kesalahan suara yang seorang qari menjauhinya atau sebagaimana yang dikatakan ibnul jazari dalam syair baitnya:
فَلَيْسَ التَجْوِيْدُ بتمضيغِ اللسَان» وَلاَ بِتَقْعِيْرِ الفَمّ» و لا بتعويج الفك» و لا بترعيد الصوت» و لا
بتمطيط الشدّ» و لا بتقطيع المدّ» ولا بتطنين الغنات» ولا بحصرمة الراءات
Tajwid itu bacaan yang tidak fasih seperti:
- Tamdhig al lisan berasala dari kata mudhghah yang berarti gumpalan. Di mana ketika seorang membaca Al-Qura’an seolah-olah pada mulutnya ada gumpalan (potongan makanan). Dan ia membacanya dalam kondisi seperti itu sehingga keadaan bacaanya berlebihan yang membuat berat dan lelah pembaca begitupun yang mendengarkannya padahal bacaan yang bertajwid itu indah dan ringan.
- Taq’irul fam berasal dari qa’ar yang artinya dalam dan bawah. Contoh fulan berbicara dengan taq’ir artinya fulan berbicara dai dalam tenggorokannya. Padahala yang kita tau bahwasanya huruf tenggorokan hanya ada 6 huruf (ء ه ع خ غ خ). Yang menjadi suatu kesalahan pembaca dalam membaca Al-Qur’an dengan cara taq;ir adalah karena tekanan yang berlebihan pada tenggorokan ketika membaca Al-Qur’an, sehingga dengannya akan keluar huruf-huruf yang menyerupai huruf ain.
- Ta’wijul fak adalah miring pada rahang yaitu seorang yang membaca Al-Qur’an berlebihan pada seluruh huruf sehingga menyerupai imalah namun bukan pada tempatnya. Dan imalah semua sudah tau yaitu memiringkan huruf alif, yaitu antara alif dan ya,
- Tar’id as shaut adalah getaran pada suara, yaitu menjadikan suara seolah olah bergetar dan berguncang. Cara ini dengan sengaja adalah terlarang. Namun ketika tidak bisa menahannya karena sebab nangis tersentuh ayat qur’aniyyah sehingga secara spontan melakuknnya maka ini tidak apa apa.
- Tamtit Asyad adalah memanjangkan huruf yang bertasydid, padahal mad pada huruf bertasydid hanya ada pada mim dan nun dan gunnah.
- Taqtiul mad adalah memotong motong mad maksudnya perpindahan dari satu tingkatan suara ketingkatan suara yang berbeda dalam satu mad. Ia terlarang karena akan melahirkan beberapa mad dalam satu huruf mad.
- Tathninul gunnah adalah bacaan yang berlebihan seperti yang terjadi pada taqtiul mad. Gunnah yang bergetar dari satu tingkatan ketingkatan yang lain.
- Hashramtur raa’at adalah penyempitan huruf ro’, maksudnya adalah seseorang menahan suara ra sedemikan rupa sehingga suara seperti terputus dan tertahan padahal di antara sifat yang dimilika ro’ adalah bainiyyah (di antara rakhawah dan syiddah)
Semua point-point keselahan tersebut disebutkan agar bisa kita fahami bersama dan agar kita bisa menghidari dari kesalahan ini, karena bacaan tersebut pada intinya adalah bacaan yang berlebihan yang dibuat-buat dan menyusahkan sendiri.