BERBUAT BAIKLAH DIMANAPUN DAN KAPANPUN

Oleh: Gilang Tris Rahardi, S.Pd
Hati seseorang itu di beri kecondongan untuk menyukai kepada para pelaku kebaikan. Maka oleh sebab itu orang yang berbuat baik pasti akan selalu di cintai oleh manusia, bahkan dia adalah orang yang paling di cintai oleh Allah Ta’ala. Rasulullah –Shalallahu alaihi wasalam- bersabda:
أَحَبُّ الناسِ إلى اللهِ أنفعُهم للناسِ ، وأَحَبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سرورٌ تُدخِلُه على مسلمٍ ، تَكشِفُ عنه كُربةً ، أو تقضِي عنه دَيْنًا ، أو تَطرُدُ عنه جوعًا ، ولأَنْ أمشيَ مع أخٍ في حاجةٍ ؛ أَحَبُّ إليَّ من أن اعتكِفَ في هذا المسجدِ يعني مسجدَ المدينةِ شهرًا ، ومن كظم غيظَه ولو شاء أن يُمضِيَه أمضاه ؛ ملأ اللهُ قلبَه يومَ القيامةِ رِضًا ، ومن مشى مع أخيه في حاجةٍ حتى يَقضِيَها له ؛ ثبَّتَ اللهُ قدمَيه يومَ تزولُ الأقدامُ
Rasulullah –shalallahu alaihi wa salam- bersabda: “Manusia yang paling Allah cintai adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan amalan yang paling utama adalah kebahagian yang anda masukan ke dalam hati muslim lain, atau anda tuntaskan kesulitannya, atau anda bayarkan hutangnya, atau anda hilangkan laparnya. Aku lebih suka berjalan mengantarkan saudaraku muslim menuju kebutuhannya dari pada aku beri’tikaf di masjid ini (masjid nabawi) selama sebulan. Barang siapa yang menahan kemarahannya niscaya Allah akan menutupi auratnya. Dan barang siapa yang menekan emosinya padahal dia sanggup untuk melampiaskannya, niscaya Allah akan penuhkan hatinya dengan keredhaan pada hari kiamat. Barang siapa yang berjalan bersama saudaranya muslim menuju kebutuhannya sampai selesai, niscaya Allah akan kokohkan kakinya pada hari tergelincirnya banyak kaki (hari kiamat). Dan seaungguhnya akhlak yang buruk akan merusak amalan sebagaimana cuka bisa merusak madu.” (HR Ibnu Abi Ad Dunya, dihasankan oleh Syaikh Albany).
Orang yang senantiasa berbuat kebaikan maka ia akan selalu di jaga oleh Allah ta’ala dari akhir yang buruk. Padahal segala sesuatu itu tergantung akhirnya. Maka berusahalah untuk terus menerus beramal shalih. Karena kematian tidak menunggu keistiqamahan kita. Ia akan datang kapan saja. Untuk itu istiqamahlah dalam ketaatan sampai ajal itu tiba.
Allah ta’ala berfirman:
وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ
dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS. Al hijr: 99)
dan Rasulullah –Shalallahu alaihi wasalam- bersabda:
عَلَيْكُمْ بِاصْطِنَاعِ المَعْرُوْفِ ، فَإِنَّهُ يَمْنَعُ مَصَارِعَ السُّوءِ
Hendaklah kalian senantiasa berbuat sesuatu yang ma’ruf (kebaikan), karena ia akan mencegah kalian dari kematian yang buruk. (HR. Abid Dunya dan di shahihkan al-Bani)
Pelaku kebaikan merupakan manusia terbaik , karena Rasulullah –Shalallahu alaihi wasalam- pernah bersabda yang artinya, “ manusia yang paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain.”
Sungguh pahala perbuatan baik itu sangatlah agung dan banyak mendatangkan keridhaan Allah Ta’ala, karena ia adalah jalan menuju keselamatan dari kesengsaraan di alam kubur dan akhirat. Rasulullah –Shalallahu alaihi wa Salam- bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمَاً سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ،.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kdiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam hutangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. muslim dengan lafazh ini)
Kadang-kadang kebaikan itu kita anggap remeh dan sepele padahal di sisi allah sangatlah mulia dan agung, Maka alangkah indahnya jika kebaikan yang kita lakukan tersebut hanya untuk mencari ridha-Nya semata, dan Allah pun akan melipat gandakan pahalanya. Namun besar dan kecilnya pahala suatu amalan sesuai dengan niatnya, ahli ilmu mengatakan:
رُبَّ عَمَلٍ صَغِيْرٍ يُكَبِّرُ النِّيَةَ وَ رُبَّ عَمَلٍ كَبِيْرٍ يُصَغِّرُ النِّيَةَ
“Betapa banyak amalan yang kecil dan remeh menjadi besar pahalanya karena niat, dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil pahalanya disebabkan oleh niat”.
Manusia dengan manusia lainya saling bergantung dan saling membutuhkan. Namun yang paling utama adalah orang yang di tangannya banyak hajat manusia yang ia penuhi dan tolong. Sungguh, seseorang akan benar-benar di lupakan dan mati ketika ia tidak memberikan manfaat untuk sekitar dan tatkala tak ada akhlak yang mulia. Namun sebaliknya, ketika ia berusaha meninggalkan jejak yang baik dan memberikan manfaat bagi banyak orang, ia akan tetap hidup selamanya meskipun ditengah-tengah manusia di anggap mati. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّا نَحۡنُ نُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُواْ وَءَاثَٰرَهُمۡۚ وَكُلَّ شَيۡءٍ أَحۡصَيۡنَٰهُ فِيٓ إِمَامٖ مُّبِينٖ
12. Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Yasin: 12)
Dan pepatah orang arab dulu berkata:
كُنْ رَجُلاً إَنْ أَتَوْا بَعْدَهُ يَقُوْلُوْنَ مَرَّ وَ هَذَا الْأَثَرَ
“Jadilah seseorang yang ketika meninggal, orang-orang mengatakan: ” telah ada di masa lalu seseorang, dan ini jejak peninggalanya”.
Amal shalih yang paling besar manfaatnya adalah suatu amal yang pahalanya terus mengalir sekalipun orang yang melakukanya telah berada di kesendirian dan kesunyian alam kubur. Untuk itu para ulama membagi amal shalih menjadi dua bagian;
- Naf’ul Qashir (نَفْعُ الْقَاصِرِ) adalah amal shalih yang manfaatnya terbatas kepada diri sendiri, contoh; shalat, membaca al-Qur’an, dzikir, dan lain sebagainya.
- Naf’ul Muta’adi (نُفْعُ المُتَعَدِّي) adalah amal shalih yang manfaatnya tidak terbatas kepada diri sendiri namun juga bisa di rasakan oleh orang lain, contohnya; membantu kesusahan orang lain, memberi makan fakir miskin, mengajarkan al-Qur’an, membangun masjid, menggali sumur untuk keperluan umum, dan lain sebagainya.
Seperti halnya pelaku naf’ul qashir ketika ia meninggal terputuslah seluruh amalnya. Namun berbeda dengan pelaku naf’ul muta’adi, kematiannya tidak menghalangi untuk terus mengalirkan pahala yang akan memberikan manfaat akhiratnya.
Kebaikan itu akan memanggil kebaikan lainnya. Sebagaimana peribahasa arab mengatakan:
الحَسَنَةُ تُنَادِي الحَسَنَةَ
“kebaikan itu memanggil kebaikan lainnya”
Serta mengantarkan kepada kebahagian jiwa, sebagaimana seseorang pernah menanyakannya kepada seorang syaikh tentang kebahagian dan ketenangan jiwa. Syaikh tersebut mengatakan:
مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ مَنْ أَسْعَدَ النَّاسَ
“orang yang paling bahagia dan tenang hidupnya adalah orang yang berusaha membantu dan membuat senang manusia lainnya”
Dan diantara kerugian dan kesengsaraan hidup yang besar pada seseorang adalah ketika selama hidup dan kehidupan setelah kematiannya tidak ada yang bisa di timbang dari amalnya, baik dari akhlak maupun ibadahnya, Tidak ada kebaikan bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. waliyadzubillah