HAROKAT DHAMMAH

Salah satu kesalahan yang banyak dilakukan oleh qari adalah kurangnya mengumpulkan bibir saat melafazkan huruf huruf dhamah padahal sempurna pengucapannya dengan memonyongkannya. Huruf tidak sempurna kecuali dengan menyempurnaknnya harokat. Ketika harokatnya tidak sempurna maka tidak sempurna pula zat hurufnya. Ketika tidak sempurna harokat lebih buruk dari pada meninggalkan sifat.
Misalnya ketika melafalkan huruf “ba” dengan dhamah maka akan keluar “bu” di sebabkan mengangkat bibir yang terkumpul, dikarenakan dhamah adalah realisasi dari “waw” qashirah (pendek). Yang panjangnya separuh dari panjang huruf mad. Seperti halnya ketika mengucapkan “كُنْتُمْ atau تُبْتُمْ “ seharusnya ia mengumpulkan bibirnya sama seperti ketika ia melafalkan كُوْنُوْ,تُوْبُوْ” sehingga haruslah sama suara dhammah di antara keduannya. Dan ia mengembalikan bibirnya ketika dalam keadaan sukun (tidak berharokat).
Seperti kaidah yang sering kita dengar dari bait syair Al Imam Ibnul Jazari:
وَاللَّفْظُ فِيْ نَظِيْرِهِ كَمِثْلِهِ
“Dan setiap lafaz yang sama hukumnya harus sama ketika pengucapkannya.”